Asia’s Most Powerful Passports in 2025: Singapore Leads, Afghanistan Trails

share:

Singapore – Paspor kembali menjadi tolok ukur kekuatan diplomasi dan pengaruh global. Data terbaru dari Henley Passport Index 2025, yang dirilis pada 22 Juli, menunjukkan jurang yang semakin lebar antara negara-negara Asia dengan akses global luas dan mereka yang terperangkap dalam isolasi geopolitik.

Singapura mempertahankan dominasinya, bukan hanya di Asia tetapi juga di tingkat global, dengan akses bebas visa ke 193 dari 227 destinasi. Meskipun jumlah ini turun tipis dari 195 pada laporan edisi Januari, posisi Singapura tetap tak tergoyahkan, mencerminkan stabilitas hubungan diplomatiknya dan reputasi sebagai pusat keuangan serta perdagangan internasional.

Jepang dan Korea Selatan menyusul di peringkat kedua dengan akses ke 190 negara. Kedua negara ini tidak hanya menikmati status ekonomi maju, tetapi juga mendapat keuntungan dari jaringan aliansi strategis yang memperkuat mobilitas warganya di seluruh dunia. Kenaikan Korea Selatan dari posisi ketiga tahun lalu menegaskan pengaruh diplomatik yang terus berkembang.

Uni Emirat Arab berada di urutan keempat dengan akses ke 184 negara, disusul Malaysia di posisi kelima dengan 181 negara. Kedua negara tersebut menunjukkan bagaimana investasi dalam hubungan bilateral dan soft power dapat meningkatkan peringkat secara konsisten.

Di sisi lain, paspor Hong Kong (169 destinasi), Israel (168), dan Brunei (164) masih mencerminkan pengaruh regional yang signifikan. Namun, jurang terlihat jelas ketika membandingkan dengan Qatar (112), Kuwait (100), Maladewa (93), Tiongkok daratan (83), Thailand (81), dan Indonesia (74).

Spektrum kontras semakin tajam ketika menyoroti negara-negara terbawah. Nepal, Pakistan, Yaman, Irak, dan Afghanistan tetap berada di posisi paling lemah, dengan akses terbatas yang mencerminkan instabilitas politik, krisis keamanan, dan isolasi diplomatik. Afghanistan khususnya tetap berada di peringkat terendah di kawasan, mempertegas dampak panjang konflik berkepanjangan terhadap mobilitas warganya.

Vietnam menjadi salah satu kisah positif dengan lonjakan tujuh peringkat sejak awal tahun. Dengan 51 destinasi bebas visa atau visa on arrival, paspor Vietnam kini berada di posisi ke-84 dunia, sinyal adanya keterbukaan baru dalam hubungan luar negerinya.

Henley Passport Index, yang diperbarui secara real-time sesuai perubahan kebijakan visa, tetap menjadi salah satu barometer utama dalam membaca dinamika diplomasi global. Dari Singapura yang memperkokoh posisinya hingga Afghanistan yang terus terpinggirkan, peringkat ini sekaligus menjadi cermin bagaimana politik internasional menentukan ruang gerak setiap warga negara.